-->
Tan Malaka yang Dihapus dari Sejarah Indonesia

Tan Malaka yang Dihapus dari Sejarah Indonesia

Tan Malaka adalah sosok yang sangat penting dalam sejarah Indonesia, ia adalah Bapak Republik Indonesia. Di saat para pemuda baru berikrar tahun 1928, ia sudah menulis buku "Menuju Republik Indonesia" tahun 1925. Tan Malaka memiliki nama asli Ibrahim, lahir di Lima Puluh Kota, Sumatera Barat pada tanggal 2 Juni 1897.

Setelah Tan lulus dari Kweekschool (sekolah guru) Bukittinggi ia melanjutkan sekolahnya ke Belanda atas saran gurunya, Horensma. Namun Tan ditawari gelar Datuk dan seorang gadis untuk menjadi tunangannya, namun ia hanya menerima gelar Datuk saja dan berangkat menuju Belanda. Di Belanda ia bersekolah di Rijkskweekschool (sekolah guru pemerintah), ia mulai tertarik dengan dunia revolusi setelah membaca buku "de Fransche Revolutie". Pasca Revolusi Rusia tahun 1917, ia mulai tertarik dengan ideologi kiri dan mulai membaca karya-karya Karl Marx dan tertarik dengan budaya Jerman bahkan mencoba mendaftarkan diri ke Angkatan Perang Jerman namun ditolak karena tidak menerima orang asing.

Pertemuannya dengan tokoh komunis Belanda, Henk Snevliet yang mengajaknya bergabung dengan SDOV membuatnya semakin dekat dengan faham-faham kiri. Setelah lulus ia pulang ke Sumatera dan mendapatkan tawaran mengajar anak-anak kuli perkebunan di Deli, di sini lah ia melihat bagaimana penderitaan pribumi, ia memberikan propaganda subversif kepada para kuli yang dikenal dengan Deli Spoor dan menyempatkan menulis untuk media massa serta berhubungan dengan ISDV, cikal bakal PKI. Tahun 1920 ia menjadi calon Volksraad mewakili kaum kiri namun mengundurkan diri setahun kemudian.

Tan Malaka juga membuka sekolah rakyat bersama dengan Darsono, tokoh SI Merah di Semarang. Sekolah ini memiliki kurikulum seperti di Uni Soviet, setiap paginya mereka menyanyikan "Internationale" bersama para murid. Tan juga sering mengajak para muridnya untuk menghadiri rapat-rapat penting ISDV dan SI. Tan juga menulis bahwa Sarekat Islam adalah satu-satunya partai massa terbaik yang ia ketahui, namun ia mengkritik bahwa SI tidak mempunyai tujuan dan strategi sehingga terpecah belah. Tahun 1921 ia diusir dari Hindia Belanda.

Tan Malaka yang merupakan ketua PKI pernah mewakili Asia Tenggara dalam kongres komunis internasional di Moskow tahun 1922. Ia mengajukan usul agar Komintern melakukan pendekatan dengan Pan-Islamisme namun ditolak.

Tan Malaka dipenjara 13 kali yaitu di Filipina (1937), Hongkong (1932), Sementara di Indonesia ia dipenjara 11 kali. Tan juga menguasai berbagai bahasa, yaitu Minang, Indonesia, Belanda, Rusia, Mandarin, dan Tagalog. Dia juga memiliki 23 nama samaran dan menjelajahi 11 negara dengan jarak 89 km, dua kali lipatnya jarak yang ditempuh Che Guevara. Dia juga dikenal sebagai hafidz Al-Qur'an.

Tan yang merupakan salah satu penerima testamen politik dari Soekarno yang berisi mandat untuk meneruskan revolusi jika Soekarno-Hatta ditangkap atau dibunuh. Ia juga tidak suka dengan sikap politik Sutan Sjahrir yang dianggap lemah karena politik diplomasinya sehingga ia melakukan gerilya sendiri dan membuat pemerintah darurat bersama Partai Murba di Kediri (sebelumnya ia dikeluarkan dari PKI oleh Musso dkk) dengan gagasan 100% merdeka, ia dituduh juga sebagai dalang penculikan Sutan Sjahrir. Perjuangan Tan Malaka berakhir diujung senapan bangsanya sendiri, ia dieksekusi oleh TNI pada tanggal 21 Februari 1949.

Oh iya, Tan Malaka juga disebut sebagai jomblo revolusioner. Kisah cintanya sungguh rumit mulai dari suratnya yang dikirim kepada Syarifah tidak pernah dibalas hingga akhirnya tertikung oleh Wiranatakusumah V. Menyedihkan.

Tan Malaka walau sudah diangkat menjadi pahlawan nasional tahun 1963, sejarahnya ditutupi semasa orde baru sehingga tidak pernah terdengar lagi hingga ada Sejarawan dari Belanda, Harry A. Poeze yang meneliti sejarah Tan Malaka dan membukukannya

Oleh: Nabil Haqqillah

Berikut video penjelasan Sejarah Tan Malaka

Baca Juga
SHARE

Related Posts

Subscribe to get free updates

Post a Comment